Manusia dan kegelisahan
Kegelisahan tampaknya sudah
menjadi bagian penting dalam hidup manusia. Kegelisah sulit untuk digambarkan
karena memiliki beragam bentuk dan ukuran. Itulah sebabnya kegelisahan itu
masih bersaudara dengan ketakutan, yang mencakup keprihatinan kecil sampai pada
kepanikan yang tidak masuk akal.
Ketika kita dihadapkan pada
ancaman, misalnya bahaya terhadap diri sendiri maupun terhadap orang yang kita
sayangi. Reaksi instingsif kita adalah melawan atau menghindar, marah atau
gelisah, atau bisa jjadi keduanya. Reaksi-reaksi tersebut diperlukan untuk
menjaga diri. Akan tetapi, dalam masyarakat kita yang kompleks, melakukan
perlawanan, misalnya dengan mengatakan “temui saja pengacara saya”. Umumnya terlalu
rumit, mahal dan memakan waktu. Sementara itu, sebaliknya jangan menghindar
karena Anda akan dicari. Anda hanya mempunyai satu pilihan, hadapilah ketakutan
atau kegelisahan itu. Lakukanlah apa yang dapat Anda lakukan untuk mengubah
situasi. Tetapi, “situasi” dapat juga diartikan sebagai orang-orang, dan
sebagaimana diketahui. Anda tidak dapat mmengubah orang lain.
Bila kita dapat mengubah situasi
yang menyebabkan kegelisahan, kita harus mencoba untuk menetralisirnya. Bagaimana
caranya? Melupakannya, yaitu tidak membiarkannya menjadi suatu obsesi yang
menggantika segala pikiran yang lain. Aktivitas atau kesibukan dapat membantu. Paksalah
diri Anda untuk tetap sibuk, terutama dengan pekerjaan atau latihan fisik.
Suatu waktu, kardinal spellman melihat
Allah yang menampakkan Diri di jendela. Dalam kepanikan, Ia menelepon Bapa Suci
dan melaporkan penglihatan itu. Apa kata Bapa Suci? “Carilah kesibukan!”
Sumber : me, my self & you
Tidak ada komentar:
Posting Komentar