Jumat, 16 Mei 2014

MEMBELI WAKTU DINNER IBUKU

Pada malam yang sudah cukup larut, sepulang dari kantor, seorang wanita tiba di rumah. Hari itu sangat melelahkan baginya. Sesampainya dirumah ia mendapati anak gadisnya yang berusia 19 tahun sudah menunggunya di depan pintu rumah.
Anak : “Bun, boleh aku bertanya?”
Ibu  : “boleh, ada apa?” jawab sang bunda.
Anak : “Buun, berapa gaji bunda dalam satu jam?”
Ibu  : “Bukan urusan mu.. ngapain kamu nanya-nanya hal itu??” jawab sang sang Ibu dengan marah.
Anak : ” Aku cuma pengen tahu buun…beritahu aku, berapa
penghasilan bunda dalam satu jam?” tanya si anak dengan memelas
Ibu  : “baiklah, gaji ibumu ini hanya Rp 100.000 sejam.. puas?” jawab sang bunda dengan ketus.
Anak : “Oh…” ujar si anak sambil menundukkan kepala. kemudian ia kembali bertanya
Anak : “buun, boleh nggak aku minta Rp 25.000?” tanya si anak dengan ragu-ragu..
Begitu mendengar pertanyaan terakhir anaknya, kekesalan sang bunda langsung memuncak. Pada saat itu juga sang bunda langsung berkata: “oh.. jadi kamu nanya gaji bunda berapa Cuma mau minta uang untuk beli yang ga berguna? Mikir dong bunda kerja keras tiap hari untuk kamu, kita ini hidup cuma berdua. Bunda harus mencari uang buat kehidupan sehari-hari kita!! sekarang kamu cepat masuk ke kamar dan tidur! kau tau sekarang jam berapa HAH!?”.Dengan wajah sedih dan kepala menunduk si anak segera menuju ke kamarnya tanpa berkata-kata. Terlihat jelas bahwa ia sangat sedih mendengarkan perkataan sang bunda, ia segera masuk kedalam kamarnya dan menutup pintu dengan perlahan. Sang bunda lalu duduk di kursi dengan termenung kembali memikirkan permintaan anaknya barusan. Dalam pikirannya ia sangat kesal dan tak habis pikir anak yang disayanginya tega menanyakan uang disaat ia baru saja pulang dan capek setelah bekerja keras seharian. Setelah beberapa saat, sang bunda mulai tenang, dan ia bisa berpikir “yah, namanya juga anak tunggal mungkin saja anak ku memang membutuhkan uang Rp 25.000,- itu untuk membeli sesuatu yang sangat penting baginya.” Lalu sang bunda segera menuju kekamar anaknya.
“kamu udah tidur sayang?” tanya sang bunda. “belum buun”, jawab anaknya dengan suara pelan. “maaf, mungkin tadi bunda terlalu keras” kata sang bunda. “Hari ini sangat melelahkan, bunda minta maaf telah melampiaskan kekesalan kepadamu. Ini, Rp 25.000 yang kamu minta tadi” kata sang bunda dengan nada lembut. Si anak seketika itu juga langsung berdiri dan tersenyum. “makasih bun” ujar anaknya dengan riang.
Kemudian, ia uang di dalam dompetnya. Si anak kemudian mulai menyusun dan merapikan uang yang dimilikinya itu diatas kasur. Ketika sang bunda melihat ternyata anaknya sudah punya uang dalam jumlah yang cukup banyak, ia kembali marah dan kesal. “Untuk apa kamu minta uang lagi kalau kamu udah punya uang sebanyak itu?” tanya sang bunda dengan nada tinggi. “Soalnya sebelum bunda kasih, uangnya nggak cukup” jawab sang anak. “Tapi sekarang aku udah punya uang yang cukup”, kata si anak kemudian.
“Bunda, sekarang aku sudah punya Rp 100.000,- boleh nggak aku membeli waktu bunda satu jam saja?” tanya anaknya dengan nada sungguh-sungguh dan polos. “Aku mau makan malam bareng sama bunda. besok bunda pulang cepat ya…” ujar si anak dengan sungguh-sungguh. Matanya menatap polos pada sang bunda yang diam terpaku dihadapannya. Mendengar perkataan anaknya, sang bunda langsung terenyuh dan menangis. Ia lalu segera merangkul anak yang disayanginya itu sambil menangis dan minta maaf pada sang anak..
“Maafkan bunda sayang…” ujar sang bunda. “Bunda telah khilaf, selama ini bunda lupa untuk apa bunda bekerja keras, maafkan bunda nak” kata sang bunda ditengah suara tangisnya. Si anak hanya diam membisu dalam dekapan sang bunda.