1.
Contoh kasus norma umum dalam bisnis
Norma
Umum yaitu lebih bersifat umum dan sampai pada tingkat tertentu boleh dikatakan
bersifat universal. Norma umum terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1. Norma
Sopan santun (Norma Etiket) adalah norma yang mengatur pola
perilaku dan sikap lahiriah dalam pergaulan sehari-hari.
Contoh : Memberi reward kepada
perusahaan potensial disuatu negara.
2. Norma
Hukum adalah norma yang dituntut keberlakuannya secara tegas oleh masyarakat
karena dianggap perlu dan niscaya demi keselamatan dan kesejahteraan manusia
dalam kehidupan bermasyarakat.
Contoh : Kewajiban Perusahaan harus
membayar pajak.
3. Norma
Moral yaitu aturan mengenai sikap dan perilaku manusia sebagai manusia.
Contoh : Perusahaan mengadakan
event untuk memperingati hari ulang tahun perusahaan.
2.
Contoh kasus etika-etika deontologi dan
etika teleologi
Istilah
deontologi berasal dari kata Yunani ‘deon’ yang berarti kewajiban. Mengapa
perbuatan ini baik dan perbuatan itu harus ditolak sebagai buruk’, deontologi
menjawab : ‘karena perbuatan pertama menjadi kewajiban kita dan karena
perbuatan kedua dilarang’.
Contoh
: kewajiban seseorang yang memiliki dan mempercayai agamanya, maka orang tersebut harus beribadah, menjalankan
perintah dan menjauhi laranganNya.
Etika
Teleologi berasal dari kata Yunani, telos = tujuan, Mengukur baik buruknya
suatu tindakan berdasarkan tujuan yang mau dicapai dengan tindakan itu, atau
berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu.
Contoh : seorang anak mencuri untuk membiayai berobat ibunya yang
sedang sakit, tindakan ini baik untuk moral kemanusian tetapi dari aspek hukum
jelas tindakan ini melanggar hukum. Sehingga etika teologi lebih bersifat
situasional, karena tujuan dan akibatnya suatu tindakan bisa sangat bergantung
pada situasi khusus tertentu. Karena itu setiap norma dan kewajiban moral tidak
bisa berlaku begitu saja dalam situasi sebagaimana dimaksudkan.
3.
Contoh kasus bisnis amoral
Ada
dua jenis lain tipe amoral ini, yaitu Pertama, seorang manajer yang tidak
sengaja berbuat amoral (unintentional amoral manager). Tipe ini adalah para
manajer yang dianggap kurang peka, bahwa dalam segala keputusan bisnis yang
diperbuat sebenarnya langsung atau tidak langsung akan memberikan efek pada
pihak lain. Oleh karena itu, mereka akan menjalankan bisnisnya tanpa memikirkan
apakah aktivitas bisnisnya sudah memiliki dimensi etika atau belum. Manajer
tipe ini mungkin saja punya niat baik, namun mereka tidak bisa melihat bahwa
keputusan dan aktivitas bisnis mereka apakah merugikan pihak lain atau tidak.
Tipikal manajer seperti ini biasanya lebih berorientasi hanya pada hukum yang
berlaku, dan menjadikan hukum sebagai pedoman dalam beraktivitas. Kedua,
tipe manajer yang sengaja berbuat amoral. Manajemen dengan pola ini sebenarnya
memahami ada aturan dan etika yang harus dijalankan, namun terkadang secara
sengaja melanggar etika tersebut berdasarkan pertimbangan-pertimbangan bisnis
mereka, misalnya ingin melakukan efisiensi dan lain-lain. Namun manajer tipe
ini terkadang berpandangan bahwa etika hanya berlaku bagi kehidupan pribadi
kita, tidak untuk bisnis. Mereka percaya bahwa aktivitas bisnis berada di luar
dari pertimbangan-pertimbangan etika dan moralitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar